PSIKOLOGI REMAJA
Jenis Gangguan Mental & Sisi Negatif Berpacaran
Menurut Pieget (dalam Hurlock) mengatakan secara psikologis remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah ikatan
orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama
sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 2001 : 206).
Psikologi
remaja mengacu pada kebutuhan kesehatan
mental remaja antara 10-19 tahun. Remaja adalah kelompok yang
berbeda, bukan lagi anak-anak tetapi juga belum dewasa, sehingga pada rentang
masa ini bisa dibilang kebutuhannya cukup unik.
Psikologi
remaja berarti mempertimbangkan kebutuhan spesifik seseorang yang otaknya telah
berkembang melewati tahap masa kanak-kanak tetapi belum sepenuhnya matang
hingga dewasa.
Jenis Gangguan Mental yang
Rentan Dialami Remaja
Menurut
WHO, berikut jenis-jenis gangguan mental yang rentan dialami oleh para remaja:
1.
Gangguan Emosi
Gangguan
emosi umumnya muncul pada masa remaja. Selain depresi atau kecemasan, remaja
dengan gangguan emosi bisa mengalami sifat mudah marah, frustasi atau marah
secara berlebihan. Selain gejala psikologis, gangguan emosi juga dapat
menimbulkan gejala fisik, seperti sakit perut, sakit kepala, atau mual.
Gangguan emosional bisa sangat memengaruhi kinerja di sekolahnya. Jika tidak
segera ditangani, remaja yang mengalami gangguan emosi dapat mengalami gejala
lebih buruk, seperti mengisolasi diri hingga punya pikiran bunuh diri.
2.
Masalah Perilaku
Masalah
perilaku pada masa kanak-kanak merupakan penyebab utama kedua gangguan mental
pada remaja. Gangguan perilaku pada masa kanak-kanak contohnya ADHD yang ditandai dengan kesulitan fokus dan
gangguan perilaku yang ditandai dengan perilaku merusak atau menantang. Masalah
perilaku ini juga dapat memengaruhi kinerja sekolah dan berisiko menimbulkan
perilaku kriminal pada remaja.
3.
Gangguan Makan
Gangguan makan biasanya muncul pada masa remaja dan dewasa muda. Gangguan makan lebih sering menyerang wanita daripada pria. Contoh gangguan makan yang bisa dialami remaja adalah anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan makan yang ditandai dengan membatasi kalori atau makan berlebihan. Gangguan makan berisiko merusak kesehatan dan sering kali muncul bersamaan dengan depresi, kecemasan atau penyalahgunaan zat.
4.
Psikosis
Gejala
psikosis paling sering muncul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
Gejala dapat berupa halusinasi atau delusi. Gejala ini dapat mengganggu
kemampuan remaja untuk berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dan
memengaruhi kinerja sekolahnya. Psikosis juga bisa menimbulkan stigma negatif
di masyarakat atau pelanggaran hak asasi manusia.
5.
Menyakiti Diri Sendiri Hingga Bunuh Diri
Ada
sejumlah faktor risiko yang memicu perilaku bunuh diri pada remaja. Misalnya,
penggunaan alkohol yang berbahaya, pelecehan di masa kanak-kanak dan hambatan
dalam mengakses perawatan mental. Selain itu, media sosial juga kini menjadi
penyebab bunuh diri terbesar pada anak remaja. Pasalnya, media sosial bisa
menuntut banyak hal pada anak remaja, seperti citra diri dan kehidupan yang
cenderung konsumtif.
6.
Perilaku Pengambilan Risiko
Para
remaja juga rentan mengambil banyak risiko, seperti risiko melakukan hubungan
seksual dini, merokok, minum alkohol, hingga penyalahgunaan narkoba. Tindakan
kekerasan adalah perilaku pengambilan risiko yang dapat memengaruhi pencapaian
pendidikan, cedera, keterlibatan dengan kejahatan, hingga kematian.
Masa remaja juga sebagai masa
pubertas, dimana remaja sudah mulai pandai berpacaran, dan melansir dari
kompasiana.com penulis memaparkan sisi negatif dari berpacaran disaat remaja
atau usia sekolah, sebagai berikut:
Sisi negatif
1. Menurunnya prestasi di sekolah
Dampak seperti ini sudah sering kita dengar di kalangan masyarakat saat ini. Tidak heran memang jika pacaran dapat membuat prestasi kita disekolah menurun. Karena dengan kita melakukan pacaran, otomatis waktu kita akan terbagi. Dari yang biasanya selalu menyibukkan diri dengan belajar sekarang jadi harus membagi waktu untuk mengabarin pacarnya.
2. Meningkatkan stress
Hubungan pacaran tidaklah seindah dengan yang ditayangkan film-film di tv. Remaja yang menjalin hubungan pacaran pasti akan mendapatkan masalah dan merasakan cemburu. Cemburu yang berlebihan dapat mengganggu pikiran dan mengakibatkan stress.
3. Membuang-buang uang
Bagi orang yang melakukan hubungan
pacaran tentu tidak heran dengan dampak yang satu ini. Dampak seperti ini
terlihat sangat jelas dalam kehidupan sehari-hari. Kita rela membelikan sesuatu
yang dinginkan sang kekasih tanpa ragu-ragu, seperti membelikannya hadiah,
pulsa, mentraktir makan, nonton dan lain sebagainya.
4.
Menyempitnya pergaulan terhadap teman
Setiap remaja yang menjalin hubungan
pacaran, pasti memiliki sikap dan kepribadian yang berbeda-beda. Tidak sedikit
remaja yang memiliki sikap possesive terhadap pasangannya. Sudah jelas
jika kita memiliki kekasih yang mempunyai sikap possesive tentu akan sangat
merugikan kita, karena dia akan membatasi pergaulan pertemanan kita terhadap
lawan jenis.
Kemudian untuk sisi positif
berpacaran, cari tahu sendiri ya…hehe…belajar dulu ditingkatkan..iya kan..?
Komentar
Posting Komentar