Langsung ke konten utama



Lima Argumen Filosofis dalam Summa Theologica

Summa Theologica (atau Summa Theologiae) adalah karya magnum dari Thomas Aquinas (1225-1274), seorang teolog dan filsuf Katolik abad pertengahan. Karya ini dianggap sebagai salah satu pencapaian intelektual terbesar dalam sejarah dan merupakan sintesis komprehensif dari teologi dan filsafat Kristen. Summa Theologica bertujuan untuk memberikan penjelasan yang lengkap dan sistematis tentang seluruh doktrin Katolik, yang mencakup teologi, filsafat, etika, dan hukum.

Karya Summa Theologica disusun dalam format tanya jawab yang sistematis. Setiap topik dibagi menjadi pertanyaan-pertanyaan (questions), yang kemudian dibagi lagi menjadi artikel-artikel (articles). Setiap artikel menyajikan argumen-argumen yang mendukung dan menentang suatu posisi, diikuti dengan jawaban Aquinas (responsio) dan tanggapan terhadap argumen-argumen yang menentang (objectiones).

Summa Theologica dibagi menjadi tiga bagian utama

- Bagian Pertama (Prima Pars): Berfokus pada Tuhan, penciptaan, malaikat, dan manusia.

- Bagian Kedua (Secunda Pars): Berfokus pada moralitas, hukum, dan kebajikan. Bagian ini dibagi lagi menjadi Prima Secundae (prinsip-prinsip umum moralitas) dan Secunda Secundae (kebajikan dan dosa tertentu).

- Bagian Ketiga (Tertia Pars): Berfokus pada Kristus, sakramen-sakramen, dan akhir zaman.

- Metode: Aquinas menggunakan metode skolastik, yang menggabungkan logika Aristoteles dengan otoritas Kitab Suci dan tradisi gereja.

- Pengaruh: Summa Theologica memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap teologi dan filsafat Katolik. Karya ini menjadi teks standar untuk pendidikan teologi dan terus dipelajari dan diperdebatkan hingga saat ini.

Thomas Aquinas, dalam karyanya Summa Theologica, mengajukan lima argumen filosofis yang dikenal sebagai "Lima Jalan" (Quinque Viae) untuk membuktikan keberadaan Tuhan melalui akal budi. Argumen-argumen ini didasarkan pada pengamatan terhadap dunia dan penalaran logis. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing Lima Jalan:

Jalan Pertama, Argumen dari Gerak (Argument from Motion):

- Premis: Segala sesuatu yang bergerak (berubah) digerakkan (diubah) oleh sesuatu yang lain.

- Penjelasan: Aquinas mengamati bahwa di dunia ini, segala sesuatu terus-menerus bergerak atau berubah. Setiap gerakan atau perubahan pasti disebabkan oleh sesuatu yang lain. Jika rantai penyebab ini berlanjut tanpa akhir, maka tidak akan ada gerakan atau perubahan sama sekali.

- Kesimpulan: Oleh karena itu, harus ada Penggerak Pertama (Unmoved Mover) yang menggerakkan segala sesuatu tanpa digerakkan oleh apa pun. Penggerak Pertama ini adalah Tuhan.

- Intinya: Argumen ini berfokus pada fakta bahwa segala sesuatu di dunia ini mengalami perubahan, dan perubahan ini harus memiliki penyebab pertama.

Jalan Kedua, Argumen dari Penyebab Efisien (Argument from Efficient Cause):

- Premis: Segala sesuatu memiliki penyebab efisien.

- Penjelasan: Aquinas mengamati bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki penyebab. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menjadi penyebab bagi dirinya sendiri. Jika rantai penyebab ini berlanjut tanpa akhir, maka tidak akan ada penyebab sama sekali.

- Kesimpulan: Oleh karena itu, harus ada Penyebab Pertama (First Cause) yang menyebabkan segala sesuatu tanpa disebabkan oleh apa pun. Penyebab Pertama ini adalah Tuhan.

- Intinya: Argumen ini berfokus pada fakta bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki penyebab, dan penyebab ini harus memiliki penyebab pertama.

Jalan Ketiga, Argumen dari Kontingensi dan Keniscayaan (Argument from Contingency and Necessity)

- Premis: Beberapa hal di dunia ini bersifat kontingen (ada dan bisa tidak ada), dan tidak mungkin segala sesuatu bersifat kontingen.

- Penjelasan:

- Kontingensi: Aquinas mengamati bahwa banyak hal di dunia ini bersifat kontingen, artinya keberadaan mereka tidak niscaya. Mereka ada, tetapi mereka bisa saja tidak ada. Contohnya, manusia dilahirkan dan kemudian mati; keberadaan mereka tidak abadi.

- Tidak Mungkin Segala Sesuatu Kontingen: Aquinas berpendapat bahwa tidak mungkin segala sesuatu di dunia ini bersifat kontingen. Jika segala sesuatu bersifat kontingen, maka pada suatu waktu tertentu tidak ada apa pun yang ada. Jika tidak ada apa pun yang ada, maka tidak mungkin ada sesuatu yang mulai ada, karena tidak ada sesuatu pun yang dapat menciptakannya.

- Keniscayaan: Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang bersifat niscaya (necessary), yaitu sesuatu yang harus ada dan tidak mungkin tidak ada. Sesuatu yang niscaya ini harus memiliki sumber keniscayaannya dalam dirinya sendiri, atau berasal dari sesuatu yang lain yang juga niscaya.

- Kesimpulan: Oleh karena itu, harus ada makhluk yang niscaya, yang keberadaannya tidak bergantung pada apa pun selain dirinya sendiri, dan yang menjadi penyebab keberadaan semua makhluk kontingen. Makhluk yang niscaya ini adalah Tuhan.

- Intinya: Argumen ini berfokus pada perbedaan antara makhluk yang kontingen (yang keberadaannya bergantung pada sesuatu yang lain) dan makhluk yang niscaya (yang keberadaannya tidak bergantung pada apa pun). Jika ada makhluk kontingen, maka harus ada makhluk niscaya yang menjadi dasar bagi keberadaan mereka.

Jalan Keempat, Argumen dari Tingkatan Kesempurnaan (Argument from Degrees of Perfection)

- Premis: Dalam dunia ini, kita mengamati tingkatan kesempurnaan yang berbeda-beda.

- Penjelasan:

- Tingkatan Kesempurnaan: Aquinas mengamati bahwa ada berbagai tingkatan kualitas atau kesempurnaan yang berbeda-beda pada berbagai hal di dunia ini. Misalnya, ada hal-hal yang lebih baik, lebih benar, lebih mulia, atau lebih indah daripada hal-hal lainnya.

- Standar Pembanding: Aquinas berpendapat bahwa untuk dapat membandingkan tingkatan kesempurnaan, harus ada standar atau tolok ukur yang menjadi dasar perbandingan tersebut. Kita tidak dapat mengatakan bahwa sesuatu itu "lebih baik" kecuali ada sesuatu yang "paling baik" sebagai standar.

- Sumber Kesempurnaan: Aquinas berpendapat bahwa tingkatan kesempurnaan yang kita amati di dunia ini harus berasal dari sumber kesempurnaan yang tertinggi.

- Kesimpulan:

- Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang merupakan kesempurnaan tertinggi, yang menjadi penyebab atau sumber dari semua kesempurnaan yang kita amati di dunia ini. Sesuatu yang merupakan kesempurnaan tertinggi ini adalah Tuhan.

- Intinya:

- Argumen ini berfokus pada fakta bahwa ada tingkatan kesempurnaan yang berbeda-beda di dunia ini, dan tingkatan ini harus berasal dari sumber kesempurnaan yang tertinggi.

Jalan Kelima, Argumen dari Tata Dunia (Argument from Design/Teleological Argument)

- Premis: Kita melihat bahwa benda-benda alamiah bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, bahkan benda-benda yang tidak memiliki akal budi.

- Penjelasan:

- Tata Dunia: Aquinas mengamati bahwa banyak hal di alam semesta, bahkan benda-benda yang tidak memiliki akal budi (seperti tumbuhan dan hewan), bertindak seolah-olah mereka diarahkan menuju tujuan tertentu. Contohnya, mata diciptakan untuk melihat, dan biji tumbuh menjadi tanaman.

- Keteraturan dan Tujuan: Keteraturan dan tujuan yang kita lihat di alam semesta tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Benda-benda yang tidak memiliki akal budi tidak dapat mengarahkan diri mereka sendiri menuju tujuan tertentu.

- Akal Budi yang Mengarahkan: Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang memiliki akal budi yang mengarahkan benda-benda alamiah menuju tujuan mereka.

- Kesimpulan:

- Oleh karena itu, harus ada makhluk yang cerdas yang mengarahkan semua benda alamiah menuju tujuan mereka. Makhluk yang cerdas ini adalah Tuhan.

- Intinya:

- Argumen ini berfokus pada fakta bahwa ada keteraturan dan tujuan yang jelas di alam semesta, dan keteraturan ini harus berasal dari kecerdasan yang lebih tinggi.

Kesimpulan dari Filsafat Lima Jalan Thomas Aquinas adalah bahwa keberadaan Tuhan dapat dibuktikan secara rasional melalui pengamatan terhadap dunia dan penalaran logis. 

- Bukan Bukti Empiris: Penting untuk dicatat bahwa Lima Jalan bukanlah bukti empiris keberadaan Tuhan dalam arti modern. Aquinas tidak mencoba membuktikan keberadaan Tuhan melalui eksperimen ilmiah atau observasi langsung. Sebaliknya, ia menggunakan argumen filosofis yang didasarkan pada prinsip-prinsip metafisika dan logika.

- Argumen Filosofis: Lima Jalan adalah argumen filosofis yang berusaha untuk menunjukkan bahwa keberadaan Tuhan adalah penjelasan yang paling masuk akal dan konsisten untuk fenomena yang kita amati di dunia ini.

- Tuhan sebagai Penjelasan Utama: Setiap Jalan menawarkan cara yang berbeda untuk sampai pada kesimpulan yang sama: bahwa harus ada sesuatu yang merupakan penyebab pertama, penggerak pertama, makhluk niscaya, kesempurnaan tertinggi, dan perancang cerdas di alam semesta. Sesuatu ini, menurut Aquinas, adalah Tuhan.

- Akal Budi dan Iman: Aquinas percaya bahwa akal budi dan iman tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi. Akal budi dapat membawa kita kepada pengetahuan tentang Tuhan, tetapi iman diperlukan untuk memahami misteri-misteri yang melampaui jangkauan akal budi.

- Bukan Deskripsi Lengkap: Lima Jalan tidak memberikan deskripsi lengkap tentang Tuhan. Mereka hanya menunjukkan bahwa Tuhan ada sebagai penyebab dan pengatur alam semesta. Sifat dan atribut Tuhan yang lebih rinci dijelaskan dalam teologi.

Dengan kata lain, Lima Jalan Thomas Aquinas adalah upaya untuk menunjukkan bahwa keberadaan Tuhan adalah kesimpulan yang logis dan rasional berdasarkan pengamatan terhadap dunia di sekitar kita. Argumen-argumen ini tidak dimaksudkan untuk membuktikan keberadaan Tuhan secara definitif, tetapi untuk memberikan dasar filosofis yang kuat bagi keyakinan akan Tuhan.


Semoga Blog Informatif ini Bermanfaat🙏

F.X. Welly, S.Ag., S.H.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat René Descartes tentang Tuhan René Descartes, seorang filsuf dan matematikawan Prancis abad ke-17, memiliki pandangan yang khas dan berpengaruh tentang Tuhan. Dalam karyanya, terutama Meditations on First Philosophy, Descartes menggunakan argumen-argumen filosofis untuk membuktikan keberadaan Tuhan dan menjelaskan sifat-sifat-Nya. Ajaran Descartes tentang Tuhan 1. Keberadaan Tuhan sebagai Kepastian: Descartes menggunakan argumen ontologis dan argumen kosmologis untuk membuktikan keberadaan Tuhan. - Argumen Ontologis: Descartes berpendapat bahwa ide tentang Tuhan sebagai makhluk yang sempurna secara inheren mengandung keberadaan. Karena kesempurnaan mencakup keberadaan, maka Tuhan pasti ada. Jika Tuhan tidak ada, maka Ia tidak akan menjadi makhluk yang sempurna. - Argumen Kosmologis: Descartes berpendapat bahwa segala sesuatu pasti memiliki penyebab. Karena manusia adalah makhluk yang tidak sempurna dan terbatas, maka ia tidak mungkin menjadi penyebab keberadaannya sendiri. Oleh...
  NARKOBA ? Narkoba, singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, merupakan masalah serius yang mengancam generasi muda dan masa depan bangsa. Dampak negatif narkoba tidak hanya merusak kesehatan fisik dan mental individu, tetapi juga menghancurkan kehidupan sosial dan ekonomi keluarga serta masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami bahaya narkoba dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif.   Bahaya Narkoba bagi Kesehatan   Narkoba memiliki efek merusak pada hampir semua organ tubuh. Penggunaan narkoba dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, seperti:   - Kerusakan Otak: Narkoba dapat merusak sel-sel otak dan mengganggu fungsi kognitif, seperti memori, konsentrasi, dan kemampuan belajar. - Penyakit Jantung: Narkoba dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti serangan jantung, gagal jantung, dan aritmia. - Kerusakan Hati: Narkoba dapat menyebabkan kerusakan hati, seperti hepatitis dan sirosis...

PANCASILA DASAR NEGARA

PANCASILA DASAR NEGARA OLEH F.X. Welly Dalam perjalanan sejarah, kedudukan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara mengalami pasang surut baik dalam pemahaman maupun pengamalannya. Setelah runtuhnya Orde Baru Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah yang tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Bahkan banyak kalangan menyatakan bahwa sebagian masyarakat bangsa Indonesia hampir melupakan jati dirinya yang esensinya adalah Pancasila. Pancasila nampak semakin terpinggirkan dari denyut kehidupan bangsa Indonesia yang diwarnai suasana hiruk-pikuk demokrasi dan kebebasan berpolitik. Pancasila sebagai norma dasar (grundnorm) yang menjadi payung kehidupan berbangsa yang menaungi seluruh warga yang beragam suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa, agama dan afiliasi politik. Sesungguhnya Pancasila bukan milik sebuah e...